FILM OMNIBUS DARI ANTALOGI CERPEN RECTOVERSO
Antalogi cerpen Rectoverso karya Dee (Dewi Lestari) yang rilis pada tahun 2008 itu, memiliki sekumpulan cerita cinta yang menarik. Bagaimana sudut pandang perempuan yang kental dalam setiap kisahnya, menampilkan kisah cinta yang berbeda-beda. Antalogi cerpen tersebut menarik perhatian produser untuk mengangkatnya ke layar lebar. Lima di antara sebelas cerpen ini diangkat ke layar lebar dalam satu film panjang berdurasi satu setengah jam lebih. Kelima cerpen pilihan ini disutradarai oleh lima stutradara perempuan yang berbeda. Antalogi cerpen Rectoverso sebenarnya memiliki 11 cerpen, tetapi hanya lima yang diangkat menjadi film. Film ini penggabungan dari beberapa cerpen bisa disebut sebagai film omnibus.
Kisah Malaikat Jua Tahu di sutradarai oleh Marcella Zalianty. Cerpen ini berkisah tentang tokoh yang biasa di panggil Abang, yang di perankan Lukman Sardi, adalah penderita autism yang tinggal dengan ibunya yang memiliki kost-kostan. Salah satu anak kost adalah Leia (Prisia Nasution), satu-satunya yang bisa mengerti Abang. Abang jatuh cinta padanya sementara Bunda (ibu Abang) sangat cemas karena tahu hubungan yang diharapkan Abang tidak akan pernah terjadi. Kecemasan Bunda bertambah ketika Han, adik Abang, datang. Hubungan Leia dan Han pasti akan membuat Abang terluka. Antara cerpen dan filmnya, tidak banyak mengalami perubahan. Ada beberapa adegan yang diganti seperti saat abang pergi mencari sabun yang sama seperti miliknya. Pada adegan ini dalam cerpen, abang diantarkan oleh polisi. Sedangkan dalam film, abang bertemu dengan Leia. Penamaan tokoh Leia dan Hans juga dilakukan di dalam film. Karena di dalam cerpen hanya disebutkan dengan nama perempuan atau perempuan muda.
Cerpen selanjutnya yang diangkat
dalam film ini adalah Firasat. Cerpen ini di sutradarai oleh Rachel Maryam. Cerpen ini berkisah tentang
seorang gadis bernama Senja, yang diperankan oleh Asmirandah, bergabung dalam
Klub Firasat, di mana setiap minggu para anggotanya berkumpul untuk berbagi
cerita dan berbagai pertanda. Senja bergabung ke dalam klub itu karena ia
selalu mendapat firasat setiap akan ditinggal oleh orang terdekatnya. Ini
terjadi sebelum bapak dan adiknya meninggal dunia dalam kecelakaan. Alasan lain
yang lebih kuat adalah pemimpin Klub Firasat yang bernama Panca (Dwi Sasono).
Seorang lelaki kharismatik yang ketajaman intuisi dan pengalamannya soal
mendalami firasat begitu mengagumkan. Senja jatuh cinta pada Panca. Hingga
suatu saat ia mendapat firasat buruk bahwa seseorang akan meninggal. Dalam
cerpen sosok Senja ini dikatakan memiliki kemampuan yang tidak dimiliki oleh
semua orang. Ada yang bilang ia mempunya indra keenam, mata ketiga, dan tali
pusar dua lapis, semuanya ia miliki. Tokoh senja ini diberi nama pada film,
sedangkan dalam cerpen Tokoh senja hanya diperkenalkan dengan sosok aku.
Begitu juga dengan tokoh panca yang diperkenalkan dalam film, sedangkan dalam
cerpen diperkenalkan dengan sosok dia. Pada cerita ini, mengalami
sedikit perubahan pada alurnya. Pada cerpen, sosok Panca dijelaskan secara
implisit meninggal dalam sebuah kecelakaan. Sedangkan dalam film, yang
meninggal adalah senja saat sedang perjalanan pulang ke rumah.
Kemudian pada cerpen selanjutnya
yang diangkat ke dalam film Rectoverso ini adalah cerpen Cicak di Dinding
yang di sutradarai oleh Cathy Sharon. Naskah film pada cerpen ini juga ditulis oleh Ve Handojo. Pada
film ini, berkisah di suatu malam, Taja, yang diperankan oleh Yama Carlos,
seorang pelukis muda yang masih lugu, bertemu dengan Saras (Sophia Latjuba),
seorang perempuan free-spirit yang jauh lebih tahu dan lebih berpengalaman.
Saras memberikan malam yang sangat berkesan saat itu. Tanpa direncanakan,
mereka bertemu lagi. Kali ini mereka berusaha membangun pertemanan, meskipun
akhirnya Taja tak kuasa untuk jatuh cinta pada Saras. Saras memutuskan untuk
pergi, menghilang dari hidup Taja, dan meminta Taja untuk tidak mencarinya.
Enam tahun kemudian, Taja yang sekarang telah menjadi pelukis terkenal bertemu
Saras di pamerannya, tetapi Saras membawa kejutan yang menentukan hidup mereka
berdua. Pada kisah kali ini terlihat beberapa perbedaan alur, terjadi perubahan
dan penambahan alur pada film. Pada film menceritakan pertemuan Taja dan Saras
sebelum akhirnya Saras diperkenalkan sebagai calon istri dari sahabatnya Taja.
Dalam cerpen Taja jatuh cinta pada Saras saat pertemuan pertamanya saat
sahabatnya itu memperkenalkan Saras sebagai calon istrinya. Saras jatuh hati
pada Taja saat melihat lukisan khusus untuk Saras yang dihadiahi sebagai hadiah
pernikahannya dan sahabatnya. Pada kisah ini juga mengalami penamaan pada tokoh
dalam film.
Kisah selanjutnya yang diangkat dari
cerpen yang berjudul Curhat buat Sahabat yang disutradarai oleh Olga
Lydia. Penulis skenario pada film ini adalah Ilya Sigma dan Priesnanda Dwi
Satria. Pada film ini berkisah tentang dua sahabat yang sedang curhat. Amanda,
yang diperankan oelh Acha Septriasa, sedang mengalami putus cinta. Amanda dan
Reggie sudah bersahabat sejak muda. Meskipun berbeda sifat, Amanda yang supel
dan ceria mampu menjalin persahabatan dengan Reggie yang sabar, kalem, dan siap
mendengarkan curhat Amanda kapanpun itu. Kapanpun Amanda butuhkan, Reggie
selalu hadir. Suatu saat, Amanda jatuh sakit. Ia sadar bahwa tidak ada satu
orangpun yang bisa ia mintai tolong bahkan pacarnya. Hanya Reggie yang bisa
menolongnya. Pertolongan Reggie membuat Amanda menyadari bahwa yang ia butuhkan
selama ini hanyalah orang yang menyayangi dia apa adanya dan orang tersebut
adalah Reggie. Namun di lain pihak, diam-diam Reggie mulai menyadari bahwa
cinta ini sudah terlalu tua untuk dirinya. Pada film ada beberapa penambahan
cerita tentang bagaimana kisah cintanya Amanda yang terus berganti, hingga
akhirnya amanda memiliki hubungan dengan seorang laki-laki buaya selama lima
tahun. Sedangkan di cerpen Amanda hanya bercerita dengan kisah cintanya dengan
seorang laki-laki buaya. Sama dengan cerpen-cerpen sebelumnya, kisah ini juga
mengalami penambahan nama tokoh dalam filmnya.
Kemudian, cerpen selanjutnya yang
juga menjadi bagian dari film omnibus ini adalah Hanya Isyarat. Cerpen
ini disutradarai oleh Happy Salma dan penulis skenarionya adalah Key Mangunsong.
Pada film ini berkisah tentang lima orang backpackers bertemu lewat forum
milis. Meskipun baru beberapa hari bertemu, Tano, Dali, Bayu dan Raga tampak
sudah akrab bagaikan sahabat lama, amat kontras dengan Al yang selalu
menyendiri dan menjaga jarak. Diam-diam, Al telah jatuh cinta pada Raga, sosok
yang selama beberapa hari ini hanya mampu dikagumi dari kejauhan siluet
punggungnya saja. Di suatu malam, kelima orang ini mengadakan permainan kecil,
yaitu berlomba menceritakan kisah paling sedih yang mereka punya. Saat Raga
menceritakan kisahnya, Al semakin terpukul. Meskipun Al keluar sebagai
pemenang, tetapi Al semakin terseret pada daya tarik Raga, lelaki yang mungkin
tak akan pernah ia miliki selamanya karena sebuah rahasia besar dalam diri
Raga. Pada kisah ini, tidak banyak perubahan yang terjadi, ada beberapa narasi
pada cerpennya dijadikan dialog dalam filmnya. Dalam film, sosok Al jatuh hati
pada Raga yang senang ia pandangi dari belakang. Pada film ini juga mengalami
penambahan pada penamaan tokohnya.
Pada kelima cerita yang dijadikan
satu ini memiliki penambahan, perubahan, dan pengurangan masing-masing cerita.
Terutama pada penamaan pada tokoh-tokohnya. Dalam cerpennya menggunakan sudut
pandang orang pertama, sehingga untuk nama tokonya menjadi minim. Eneste (Aderia, P.
2013: 4-5) menyatakan bahwa seorang
sutradara mempunyai alasan
tertentu melakukan
penambahan dalam filmnya
karena penambahan itu
penting dari sudut filmis.
Ekranisasi memungkinkan terjadinya
variasi-variasi tertentu antara karya
sastra dan film.
Variasi di sini
bisa terjadi dalam
ranah ide cerita,
gaya penceritaan, dan sebagainya.
Terjadinya variasi dalam
transformasi dipengaruhi
oleh beberapa faktor,
antara lain media
yang digunakan, persoalan penonton,
durasi waktu pemutaran.
Antalogi Cerpen Rectoverso ini,
dalam isinya tidak ada hubungan antar ceritanya, dan ditulis secara terpisah.
Sedangkan difilm, isinya pun tidak berhubungan, tetapi dalam penyampaiannya secara bersamaan,
tidak diselesaikan satu-satu. Menurut KBBI ini disebut sebagai omnibus, adalah
kompilasi beberapa karya (film, buku, dan sebagainya), biasanya dibuat oleh
orang yang sama, melibatkan karakter yang sama, yang sebelumnya pernah
diluncurkan secara terpisah.
Oleh karena itu, film Rectoverso ini menjadi film omnibus karena ada
penggabungan lima cerita menjadi satu film omnibus.
Sumber:
Aderia, P., WS, H. W. H., & Zulfadhli, Z. (2013). Ekranisasi Novel ke Film Surat Kecil untuk Tuhan. Jurnal Bahasa dan Sastra, 1(2), 46-59.
Lestari, D. (2016). Rectoverso. Yogyakarta: Bentang Pustaka.
Komentar
Posting Komentar